Wednesday 16 November 2011

Quo Vadis Pemda Subang

Seiring berkembangnya issue defisit anggaran di Kabupaten Subang yang mencapai 24 milyar mendorong munculnya keprihatinan dan hujatan dari kalangan tokoh di kabupaten Subang, seperti yang terjadi hari ini Kamis, 17 November 2011beberapa element organisasi pemuda dan Mahasiswa yang concern terhadap kabupaten subang mengadakan Audiensi kepada DPRD Kabupaten Subang yang di motori oleh Gerakan Mahasiswa Subang ( GEMAS) dan beberapa element organisasi lainnya Forum Lintas Pemuda Subang, HMI dan OKP lainnya. Koordinator dari GEMAS Jaka Septya Arizona mengungkapakan " Defisit anggaran di Kabupaten Subang merupakan sesuatu yang sangat ironis didaerah yang memiliki potensi SDA yang sangat melimpah. 
Kelimpahan SDA yang dimiliki Kabupaten Subang tidak sebanding dengan apa yang didapat oleh pemerintah daerah Kabupaten Subang sehingga terjadinya deficit di Kabupaten Subang. Tata kelola sumber anggaran yang dimiliki oleh kabupaten subang seharusnya menjadikan pendapatan yang surplus apabila melihat potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Subang. Tapi apa yang terjadi hari ini, Kabupaten Subang terjadi deficit yang cukup mengagetkan ditengah melimpahnya sumber pendapatan anggaran tersebut. Tata kelola yang buruk dan  di pegang oleh orang yang tidak mumpuni maka beginilah hasilnya pendapatan dari sumber yang jelas tidak terserap dengan maksimal" imbuhnya.

selai itu dari organisasi yang concern terhadap kerukunan umat beragama dan pluralisme di Kabupaten Subang Barisan Toleransi Umat (BaTU) Subang turut hadir pula dalam Audiensi tersebut. Deficit Anggaran dikabupaten Subang merupakan salah satu imbas dari penyalah gunaan wewenang serta disharmonisasi antara eksecutive dan legislative. Lembaga legislative yang seharusnya menjadi lembaga pengontrol eksecutive tidak maksimal melaksanakan fungsi controlnya terhadap pelaksana pemerintahan di kabupaten subang maka hasilnya adalah awal dari kehancuran Kabupaten Subang seperti saat ini. Eksecutive dan legislative harus bertanggungjawab atas apa yang terjadi di Kabupaten Subang. Anggaran yang disepakati oleh kedua lembaga tersebut menunjukan ketidak mampuan lembaga – lembaga tersebut dalam menjalankan suatu amanat yang diemban" ungkap ketua BaTU Subang Bambang Nurdiansah.

Budgeting  yang tidak proporsional antara incast dan outcastnya menunjukan bahwa mereka tidak mampu membuat anggaran yang efisien yang sesuai dengan apa yang mesti terpenuhi dan sector mana yang mesti digenjot untuk memenuhi anggaran pendapatan yang sudah ditetapkan antara eksecutive dan legislative. Setelah terjadi deficit seperti hari ini baru mereka sadar dan ramai memeprmasalahkan suatu anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh mereka dan mempertanyakannya kepada pihak eksecutive. seharusnya dewan bukan hanya bisa mengetuk dan menandatangani saja tetapi juga bisa mengkaji dan menganalisis budget yang diajukan oleh pihak eksecutive. Eksecutive selaku eksecutor dari budget itu sendiri harus mengkaji dulu mana yang mesti dianggarkan dan mana yang tidak berdasarkan kebutuhan bukan berdasarkan kebutuhan biologis manusia semata. Oleh karena itu deficit Anggaran kabupaten Subang merupakan tanggungjawab bersama antara Legislative dan eksecutive. kebangkrutan subang hari ini adalah dosa dari Pemerintah Daerah dan DPRD Subang karena kurangnya kajian dan analisis yang mendalam terhadap penganggaran yang merupakan pondasi untuk membangun subang lebih baik.

0 comments:

Post a Comment

Please give your comment about this article

 
Design by Bambang Nurdiansah | Bloggerized by Dipa - dian-pracara.blogspot.com | Macys Printable Coupons